Pict. Dok. Yulianto |
Di daerah terpencil di dusun Jajar Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, seorang laki-laki paruh baya berdiri di depan sekelompok anak-anak yang duduk di lantai beralaskan tikar. Laki-laki itu adalah pelopor Rumah Baca Bintang, sebuah inisiatif yang didirikannya untuk memberikan akses pendidikan dan literasi bagi anak-anak di daerah terpencil. Dengan senyum hangat yang selalu menghiasi wajahnya, ia memandang anak-anak dengan penuh kasih dan semangat.
Anak-anak menatapnya dengan mata penuh antusiasme, laki-laki itu kemudian mengangkat sebuah buku berwarna cerah, membukanya perlahan, dan menunjukkan gambar-gambar di dalamnya.
"Buku ini," katanya, "adalah jendela ke dunia yang lebih luas. Lewat membaca, kalian bisa menjelajahi tempat-tempat yang belum pernah kalian kunjungi, bertemu dengan tokoh-tokoh hebat, dan menemukan berbagai ilmu yang akan membantu kalian meraih mimpi-mimpi besar."
Ia melanjutkan dengan penuh semangat, "Kalian mungkin tinggal di desa kecil ini, tapi jangan pernah berpikir bahwa impian kalian harus kecil. Kalian bisa menjadi apa saja—dokter, guru, penulis, atau bahkan ilmuwan! Kuncinya adalah terus belajar dan tidak pernah berhenti membaca. Setiap kali kalian membuka buku, ingatlah bahwa kalian sedang membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah."
Dengan kata-kata penuh motivasi, laki-laki itu berhasil menyalakan semangat di hati anak-anak Grobogan. Mereka mungkin tinggal di tempat yang jauh dari jangkauan kota, tapi di Rumah Baca Bintang, mereka menemukan harapan, pengetahuan, dan impian yang akan membawa mereka melangkah lebih jauh menuju cita-cita.
Laki-laki itu bernama Yulianto, penggagas cerita dengan menggunakan boneka sebagai alat bantu. Banyak sekali anak-anak di daerahnya yang karena orangtuanya berpendidikan rendah—yang merasa SMP saja sudah cukup dan pendidikan SMA sudah luar biasa—sehingga minat anak-anak untuk belajar dan membaca pun menjadi rendah. Ingin mengubah mindset itu di daerah tempat tinggalnya ditambah dengan kecintaannya terhadap buku, pada tahun 2015 Yulianto akhirnya mendirikan Rumah Baca Bintang Grobogan.
Faktor Kurangnya Minat Baca Pada Anak
Kurangnya minat baca pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari lingkungan, kebiasaan, hingga aspek psikologis. Berikut adalah beberapa penyebabnya:
- Kurangnya Paparan dan Kebiasaan Membaca di Rumah. Jika anak tidak tumbuh dalam lingkungan yang mendorong kebiasaan membaca, minat baca mereka bisa jadi rendah. Misalnya, jika orang tua jarang membaca buku atau tidak membacakan cerita pada anak, anak mungkin tidak melihat membaca sebagai kegiatan yang menarik atau penting.
- Terlalu Banyak Akses ke Teknologi dan Hiburan Digital. Anak-anak zaman sekarang sering lebih tertarik pada gadget, video games, dan media sosial, yang menawarkan hiburan instan dan interaktif. Ini bisa mengalihkan perhatian mereka dari kegiatan membaca yang membutuhkan lebih banyak konsentrasi dan imajinasi.
- Buku yang Tidak Menarik atau Tidak Relevan. Anak mungkin tidak tertarik membaca jika buku yang tersedia tidak sesuai dengan minat atau tingkat perkembangan mereka. Buku yang terlalu sulit, tidak menarik, atau tidak relevan dengan pengalaman mereka sehari-hari bisa membuat anak enggan untuk membaca.
- Keterbatasan Akses ke Buku. Di beberapa daerah, akses terhadap buku berkualitas mungkin terbatas. Jika perpustakaan dan toko buku tidak mudah dijangkau atau koleksi bukunya kurang menarik, anak-anak akan kehilangan kesempatan untuk menemukan buku yang bisa memicu minat baca mereka.
- Tekanan atau Tuntutan Akademis. Ketika membaca hanya dilihat sebagai tugas sekolah atau kewajiban, anak-anak mungkin mengasosiasikan kegiatan ini dengan tekanan dan tidak menikmatinya. Mereka mungkin merasa membaca adalah beban daripada hiburan atau kegiatan yang menyenangkan.
- Kurangnya Dukungan dan Motivasi. Anak-anak memerlukan dorongan dan dukungan dari orang dewasa di sekitarnya, baik dari orang tua, guru, atau anggota keluarga lainnya. Tanpa motivasi eksternal ini, anak-anak mungkin tidak merasa perlu untuk mengembangkan minat baca.
- Kesulitan Membaca atau Gangguan Belajar. Anak-anak yang memiliki kesulitan membaca, seperti disleksia atau gangguan belajar lainnya, mungkin merasa frustrasi ketika mencoba membaca. Ketidakmampuan untuk membaca dengan lancar bisa mengurangi minat mereka karena membaca menjadi aktivitas yang menantang dan tidak menyenangkan.
- Kurangnya Teladan atau Model. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Jika mereka jarang melihat orang tua atau guru membaca untuk kesenangan, mereka mungkin tidak menganggap membaca sebagai kegiatan yang bernilai atau menyenangkan.
Mengatasi kurangnya minat baca pada anak memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan lingkungan yang mendukung, akses terhadap buku yang menarik, serta peran aktif dari orang tua untuk memotivasi dan menumbuhkan kecintaan terhadap membaca.
Berkat ketulusannya dalam menyebarkan literasi pada anak-anak, pada tahun 2021 Yulianto menerima penghargaan Satu Indonesia Award (SIA) dari PT Astra di tingkat Provinsi Jawa Tengah bidang Pendidikan. Semoga semakin banyak terlahir Yulianto yang senantiasa ikhlas menyebarkan literasi hingga pelosok desa di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Maaf jika tidak saya publish komentar yang menyertakan link.