"Bestieee, aku mau curhat nih. Aku lagi cemas banget, soalnya akhir-akhir ini lagi marak modus penipuan. Bahkan, si penipu pake foto dan ngaku-ngaku nama kita. Bahkan ngaku-ngaku oknum bank. Serem😥."
"Iya, bapaknya temenku hampir aja kehilangan duit tabungannya. Dia habis di chat sama orang yang ngaku admin bank XX, yang kemudian minta kode OTP dan data-data lainnya. Untung saat itu temenku ada di samping bapaknya, gak jadi kena tipu deh."
"Ih, makin serem ya? Apalagi kalau kurangnya literasi, salah-salah keluarga dan teman yang minim literasi kena imbasnya karena asal klik link yang di share ke grup."
"Makanya, penting buat kita menjadi #NasabahBijak di era digital ini, supaya dapat menghindari diri dari penipuan yang sedang marak terjadi."
"Tapi, mau belajar ke mana?"
"Tenang bestieee, kita bisa belajar di mana dan sama siapa aja. Salah satunya dengan membaca informasi yang ada di instagramnya @nasabahbijak. Semua informasi ada di situ, mulai dari cara mengetahui modus Soceng, tips mencegah penipuan, cara menghindari kejahatan Siber, literasi keuangan dan informasi lainnya."
"BeTeWe, Soceng itu apa sih? Buat yang dipake ngebersihin debu yang terbuat dari bulu ayam ya?"
"Itu kemoceng, 🥴. Jadi, Soceng atau lebih dikenal dengan social engineering adalah sebuah kejahatan di dunia maya yang tujuannya untuk memanipulasi atau menggiring seseorang agar menyerahkan data pribadi, data akun hingga data finasialnya pada si pelaku. Setelah data diberikan, si pelaku lalu menguras isi rekening korban tanpa sisa."
"Nggak kebayang, sudah susah payah nabung bertahun-tahun, eh tabungan dikuras pelaku Soceng. Iya deh, aku akan mulai belajar tentang pentingnya literasi dan men-share nya ke keluarga dan teman-temanku."
"Harus, donk!"
Dari Curhatan Berujung Kehati-hatian.
Semakin pesatnya perkembangan teknologi, tentu saja di satu sisi memberi kemudahan bagi masyarakat, namun di sisi lain membuat oknum yang tidak bertanggung jawab makin merajalela melakukan tindak kejahatan. Salah satu tindak kejahatan yang perlu diwaspadai adalah rekayasa sosial atau Social engineering (Soceng) yang mana pelaku memanipulasi psikologis korban agar mau membocorkan data pribadi hingga data perbankan seperti yang pernah dialami orangtua temanku.
Image by: @nasabahbijak |
Namun, bapaknya temenku itu juga tak bisa disalahkan, maklum orangtua yang masih awam dengan informasi mana yang palsu dengan informasi yang asli. Untuk itulah perlunya Belajar literasi dan lebih berhati-hati.
Pengalaman Ditelpon Pelaku Soceng
Tepatnya sekitar tahun 2019, Saya dan suami tengah duduk di teras salah satu masjid di Kelapa Dua - Depok, usai menunaikan ibadah salat Zuhur. Handphone Saya berdering dari nomor yang tidak dikenal, saat dilihat tampak jika itu nomor kantor. Saya pun mengangkat dan terdengar suara laki-laki bersuara bariton.
Setelah cukup lama menjelaskan maksud dan tujuan palsunya (yang katanya Saya memenangkan undian berhadiah dari e-wallet X), ia kemudian meminta kode OTP yang masuk ke nomor handphone Saya dengan sedikit memaksa, sebab dia tidak bisa mentransfer sejumlah uang tersebut jika tidak masuk ke akun e-wallet Saya tersebut.
Image by: @nasabahbijak |
Setelah beberapa menit terjadi perdebatan antara Saya dan oknum tersebut karena Saya menolak memberi kode OTP, Saya pun memutuskan sambungan telepon tersebut.
Mengapa Saya memilih untuk mengobrol lama dengan si pelaku? Jujur, waktu itu Saya merasa 'tersihir' dengan ucapannya yang mengatakan jika Saya menang undian. Ya kali aja emang beneran, tapi kalau dipikir-pikir setelahnya, jikalau pun memang Saya menang tentunya informasi akan masuk ke email secara resmi untuk datang langsung ke lokasi pengundian hadiah. Dari kejadian tersebut Saya paham, jika saat itu secara tidak langsung Saya hampir terhipnotis dengan iming-iming hadiah.
Hal serupa ternyata baru-baru ini pernah dialami salah seorang driver ojol yang mengaku tertipu hingga ia harus kehilangan uang senilai Rp. 65 juta di rekeningnya. Nauzubillah. Untuk itulah sangat penting meningkatkan literasi di tengah masyarakat.
Pentingnya Literasi Informasi
Mungkin, bagi sebagian orang literasi tidak begitu penting, cukup paham dari cerita orang lain, titik. Namun, hakikatnya pentingnya literasi sangat mendukung keberhasilan seseorang dalam menangani berbagai persoalan, seperti misalnya persoalan yang Saya dan si driver ojol hadapi dari cerita tadi. Melalui kemampuan literasi inilah seseorang tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan saja, akan tetapi dapat mendokumentasikan sepenggal pengalaman menjadi rujukan untuk lebih berhati-hati di masa depan.
Perlunya Belajar Literasi Keuangan
Tidak hanya literasi informasi saja, dengan belajar literasi keuangan membuat kita lebih mengetahui macam-macam produk keuangan yang ada, dapat mengetahui cara memanfaatkan produk keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan, dapat menghindari diri dari penipuan, dan mampu mendistribusikan kekayaan lebih merata.
Alasan Minimnya Literasi Pada Seseorang
Meskipun memiliki manfaat yang sangat baik, namun nyatanya literasi - baik literasi informasi maupun literasi keuangan - di kalangan masyarakat masih rendah dan harus ditingkatkan. Ada beberapa alasan yang menjadikan seseorang enggan untuk belajar literasi informasi dan literasi keuangan. Pertama: karena sudah terlalu sibuk mengurusi pekerjaan. Kedua: belajar literasi dianggap sesuatu yang membosankan.
Literasi Keuangan = Membosankan?
Jika ada yang menganggap belajar literasi keuangan adalah hal yang membosankan, bisa jadi orang tersebut belum menemukan formula pembelajaran yang tepat. Nah, untuk mengatasinya bisa dengan mencari informasi tempat atau situs-situs yang rekomendasi untuk belajar mengenai literasi keuangan.
Menjadi Nasabah Bijak yang Aktif dan Adaptif
Tidak mudah memang untuk memaksa orang lain supaya menyukai literasi, sebab dibutuhkan komitmen dari diri orang itu sendiri. Namun, jika ada keinginan untuk terus belajar, tentu saja lambat laun tidak hanya menyukai literasi namun lebih mencintai literasi itu sendiri.
Belajar literasi, baik literasi informasi maupun literasi keuangan, tentu saja akan membuat kita menjadi nasabah bijak, terutama dalam menyikapi hal-hal yang menjerumus pada penipuan oleh Soceng. Untuk itulah diperlukan tindakan aktif dan adaptif dalam menyikapinya.
Aktif
Menurut KBBI, aktif ialah giat (berusaha), mampu beraksi dan bereaksi. Dalam hal ini, ditegaskan jika menjadi nasabah bijak tentunya ia akan aktif dalam mencari kebenaran sebuah informasi yang baru saja diperoleh serta mampu beraksi dan bereaksi terhadap kebenaran informasi tersebut.
Adaptif
Menurut KBBI ialah mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan. Yang mana hal ini menjelaskan jika seorang nasabah bijak ia dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang terjadi saat itu, dapat menyesuaikan diri dengan informasi baru yang diterima.
Turut Serta Menjadi Penyuluh Digital
Apabila seseorang telah membekali diri dengan literasi informasi dan literasi keuangan, tentu saja ia dapat menjadi penyuluh digital. Sebagaimana yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk tengah mengoptimalkan layanan digital melalui penyuluhan digital. Peran penyuluh digital inilah yang kemudian akan digencarkan sehingga nasabah mendapatkan pendampingan saat akan mengakses layanan digital. Sejumlah layanan digital pun telah dipersiapkan oleh BRI diantaranya digital Banking BRImo, aplikasi pengajuan layanan dan fasilitas kredit BRISPOT.
Untuk nasabah, kita bisa bergabung dengan gerakan #NasabahBijak yang merupakan wadah komunikasi yang lahir dikarenakan makin maraknya penipuan dengan modus Social Engineering (Soceng) yang menimpa beberapa nasabah bank dikarenakan masih minimnya literasi masyarakat mengenai modus-modus penipuan dan tips untuk menghindarinya. Gerakan ini juga diharapkan agar masyarakat luas dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, serta bisa terhindar dari Kejahatan Siber si sektor keuangan.
Yuk, menjadi nasabah bijak dimulai dari sekarang, dimulai dari diri sendiri.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Maaf jika tidak saya publish komentar yang menyertakan link.